WEABOO ITU APA
SIH?
Moshi Moshi xD
Apakabar nih kalian? Semoga pada sehat bal afiat ya
Aamiin. Masuk ke SMK membuat saya semakin sibuk akan tugas sekolah, maklum
Kurikulum 2013 hehe ^^v tapi saya tetap semangat kok mengisi blog ini. Nah, di
kesempatan kali ini saya akan membahas tentang “WEABOO”. Istilah ini selalu
berada di fikiran saya ketika saya sering nimbrung di Forum atau Grup Anime di
Facebook .
“Dasar Weaboo”
Nah itulah lontaran kata salah satu member di grup. Rasa
keingintahuan Lah yang membawa saya ke topik ini, dan saya mencari cari tentang
apa arti ‘Weaboo’ itu, dan bagaimana sifat ‘Weaboo’ itu. Dan inilah yang saya
dapatkan tentang Weaboo setelah blogwalking :
Pengertian Wapanese adalah
seseorang yang cenderung bertingkah laku seakan-akan mereka tinggal di Jepang,
meskipun mereka bukan warga negara Jepang dan tidak tinggal di Jepang; mereka
berharap mereka terlahir dan hidup di Jepang.
Ungkapan weaboo atau wapanese memiliki suatu kesamaan dimana ungkapan ini ditujukan kepada mereka yang terobsesi dengan budaya Jepang, tidak hanya terbatas pada anime, manga, atau game; tetapi lebih ke budayanya atau yang mereka anggap ‘sangat Jepang’ atau sesuatu yang membuat mereka seakan-akan mereka berada di Jepang, sekalipun kenyataannya mereka BUKANLAH di Jepang. Weaboo atau wapanese dianggap ‘retarded’ atau terbelakang karena mereka dianggap kurang menghargai budaya bangsa dan negaranya sendiri (untuk yang sudah tingkat parah).
Ungkapan weaboo atau wapanese memiliki suatu kesamaan dimana ungkapan ini ditujukan kepada mereka yang terobsesi dengan budaya Jepang, tidak hanya terbatas pada anime, manga, atau game; tetapi lebih ke budayanya atau yang mereka anggap ‘sangat Jepang’ atau sesuatu yang membuat mereka seakan-akan mereka berada di Jepang, sekalipun kenyataannya mereka BUKANLAH di Jepang. Weaboo atau wapanese dianggap ‘retarded’ atau terbelakang karena mereka dianggap kurang menghargai budaya bangsa dan negaranya sendiri (untuk yang sudah tingkat parah).
Berikut ini adalah ciri-ciri weaboo atau wapanese yang
sering ditemukan di Indonesia:
(1) Cenderung mengubah namanya (baik
nama panggilan maupun nama di situs-situs social networking, forum, dan
sebagainya) dengan nama-nama yang bernuansa Jepang (biasanya nama dari tokoh
favoritnya), atau kalau perlu lengkap dengan kanji/hiragana/katakananya;
pengubahan nama ini pun tidak hanya secara parsial namun secara
keseluruhan. Contohnya misalkan nama aslinya sesuai KTP adalah Dwi Ayu
Anggraini, biasa dipanggil Ayu, ia terobsesi dengan anime/manga, lalu ia
mengubah namanya menjadi Hoshino Hinamori. Kecuali kalau namanya Ayu Hinamori,
atau Ayu ‘Hinamori’ Anggraini, setidaknya dia masih mencantumkan nama pemberian
orang tuanya. Perubahan nama mereka ini cenderung cukup mengganggu (terutama
dalam social networking seperti facebook) karena cenderung menyulitkan orang
lain untuk mencarinya kecuali teman-teman satu minat yang sering bersamanya,
apalagi jika namanya sering berubah-ubah. Penggunaan partikel -chan, -kun,
-san, dan sebagainya masih bisa ditoleransi.
(2) Profile photo, terutama dalam
social networking seperti facebook biasanya menggunakan tokoh anime/manga,
aktor/aktris Jepang, atau orang Jepang yang lagi cosplay, nyaris tidak ada foto
asli. Kalaupun menggunakan foto asli, biasanya diedit biar terasa nuansa
Jepangnya misalnya dihias dengan tulisan Jepang atau bagian jerawatnya ditutupi
dengan bunga sakura, misalnya.
(3) Suka atau sering mengikuti acara
cosplay (costume playing), dan biasanya kostum yang dipakai adalah yang
berkaitan dengan budaya Jepang, misalnya yang Cewe menggunakan yukata, kimono,
gothic lolita, seifuku (seragam sekolah untuk Cewe), dan sebagainya; untuk yang
Cowo biasanya cosplay menggunakan pakaian seperti yang dipakai oleh personil
band-band Jepang. Umumnya rambut mereka pun ikut diwarnai; padahal banyak juga
tokoh anime, manga, game, atau aktris/aktor Jepang yang berambut hitam, sama
seperti warna rambut orang Indonesia pada umumnya dan tidak perlu diwarnai.
(4) Menyukai lagu-lagu bernuansa
Jepang, diatas 90% bahkan cenderung tidak menyukai atau membenci lagu dari
negeri sendiri; kecuali dari band negeri sendiri yang bernuansa J-pop atau
J-rock seperti J-rocks. Lagu western pun kurang disukai. Playlist lagu mereka
dipenuhi dengan lagu-lagu Jepang, kalau video dipenuhi oleh video klip
lagu-lagu Jepang dan video live band/musisi Jepang favorit mereka.
(5) Terobsesi ingin belajar bahasa
Jepang, berharap mereka bisa tinggal di Jepang dan lancar berbahasa Jepang
dengan orang sana. Perlu diketahui bahwa belajar bahasa Jepang itu tidak
semudah yang dibayangkan. Bahkan orang Jepang sendiri masih ada yang ambigu
(karena ada beberapa kosakata Jepang yang sama pengucapannya tetapi beda huruf
kanji dan maknanya), dan masih banyak orang Jepang yang kurang bisa membaca
kanji. Apalagi weaboo/wapanese? Kadang bangga dengan Engrish (Englishnya orang
Jepang).
(6) Untuk mereka yang membuat manga
atau illust dengan nuansa anime, chara (tokohnya) dinamai dengan nama-nama
Jepang. Latarnya pun dibuar se-Jepang mungkin, misalkan dengan bunga sakura,
memakai kimono/yukata, atau rumahnya seperti rumah orang Jepang. Jarang sekali
kita lihat chara yang anime-ish dengan menggunakan batik, memakai nama orang
Indonesia, atau dengan latar yang menggambarkan kehidupan di Indonesia
sebenarnya. Kalaupun membuat manga dan ingin dipublish, pengarangnya
menggunakan pseudonym (nama samaran) dengan nama-nama yang bernuansa Jepang dan
tidak menggunakan nama asli. Kalaupun menggunakan pseudonym bukan nama yang
bernuansa Indonesia.
(7) Dalam berbicara atau chatting,
termasuk wall to wall di facebook, cenderung menyelipkan bahasa-bahasa Jepang,
seperti baka, arigatou, gomennasai, konnichiwa, sayonara, desu, dan sebagainya.
Tidak semua orang mengerti bahasa-bahasa seperti itu, kecuali kalau dengan
temannya yang sehobi atau satu minat.
(8) Weaboo atau wapanese seringkali
diidentikkan dengan anime, manga, atau game; tetapi sebenarnya pernyataan itu
kurang begitu benar, mengingat intensitas menonton anime, membaca manga, dan
bermain game (game dari Jepang seperti Final Fantasy series atau Persona
series) mereka lebih identik dengan budaya Jepang, baik budaya secara
tradisional maupun kontemporernya. Mereka yang identik dengan anime, manga,
atau game cenderung lebih tepat disebut otaku, hikkikomori (untuk yang jarang
keluar rumah), bahkan nijikon (untuk yang terobsesi dengan Cewe/Cowo
anime/manga/game). Sementara weaboo/wapanese umumnya lebih identik dengan
J-music, dorama, tokusatsu, film action Jepang, dan budaya Jepang secara umum
seperti bunkasai, bon odori, matsuri, dan sebagainya.
(9) Cenderung bangga dengan
barang-barang asli dari Jepang. Kalaupun ada toko yang menjual barang-barang
asli dari Jepang, mereka cenderung berbelanja di situ. Baik berupa makanan,
figure, peralatan rumah, perabotan dapur, pakaian, dan sebagainya. Untuk
beberapa benda yang khusus dijual di Jepang, seperti CD music, figure, book,
hingga barang-barang limited edition pun mereka sampai membelinya dengan
pre-order internet atau menitip kenalan yang pergi ke Jepang atau orang Jepang
sendiri; tidak peduli semahal apapun harganya atau serumit apapun bahasa yang
digunakan ‘bahasa planet’.
(10) Untuk makanan dan minuman, mereka
cenderung membeli makanan/minuman khas Jepang, seperti sushi, donburi, ramen,
ocha, takoyaki, okonomiyaki, dan sebagainya; termasuk makanan ringan seperti
Pocky, senbei, atau minumannya Pocari Sweat.
(11) Wapanese atau weaboo biasanya
merupakan anggota yang fanatik atau yang paling niat dalam grup-grup tertentu,
grup yang berkaitan dengan japan lovers atau cosplay khususnya. Grup semacam
ini memang belakangan menjamur, baik di sekolah-sekolah maupun perguruan
tinggi, seiring dengan meningkatnya jumlah orang yang minat dengan hal-hal yang
berbau Jepang.
(12) Cowo weaboo/wapanese cenderung
terobsesi menjadi bishonen, dimana rambut gondrong model harajuku dan full
make-up khas personil Jepang.
(13) Untuk mereka yang hobi bermusik
atau ngeband, biasanya membawakan lagu-lagu Jepang; jarang sekali terlihat
membawakan lagu-lagu Indonesia atau Western. Nama band, grup, atau stage name
mereka menggunakan nama-nama yang bernuansa Jepang, bahkan tidak jarang yang
cenderung meniru bahkan plagiat grup/musisi Jepang tertentu.
(14) Mereka berharap tinggal di sana
karena mereka menganggap bahwa di Jepang itu serba ada dan serba enak, minimal
melanjutkan sekolah di sana, dimana mereka yang pernah ke Jepang cenderung
dikagumi oleh teman-teman satu minatnya. Padahal kalau kita sering
menjelajah internet atau forum, atau sering membaca artikel tertentu tentang
pengalaman hidup di Jepang, hidup di sana tidak seindah dan tidak semudah yang
dibayangkan, gaji di sana boleh relatif lebih besar dan dianggap lebih ‘layak’
daripada di Indonesia, tetapi hal itu seimbang dengan biaya hidup mereka di
sana yang relatif besar. Belum juga termasuk perilaku masyarakat Jepang yang
katanya relatif sibuk dan unfriendl, terlepas dari obsesi-obsesi mereka yang
gila tetapi unik dalam teknologi dan inovasinya.
(15) Berharap dapat berpasangan dengan
Cowo/Cewe Jepang (atau yang penampilannya tipikal oriental, tidak harus
terbatas Jepang saja tetapi Korea, China, dan Taiwan juga bisa) yang menurut
mereka tampan, keren, dan stylish, kalaupun dari dalam negeri menginginkan
sosok Cowo/Cewe yang penampilannya seperti itu atau sesama ‘Japan lover’.
(16) Kamar mereka penuh dengan
benda-benda yang berbau Jepang, misalkan ornamen-ornamen yang berkaitan dengan
budaya Jepang, poster artis/aktor/band/penyanyi Jepang, action figure
(anime/manga/game/tokusatsu), pakaian cosplay, boneka Jepang, dan sebagainya.
Ungkapan weaboo atau wapanese sendiri
merupakan ungkapan negatif, dimana mereka dianggap retarded, faggot, dan
sebagainya. Namun walaupun begitu setiap orang memang mempunyai hak untuk
menyukai sesuatu serta bebas berekspresi. Oleh karena itu ungkapan weaboo
atau wapanese mempunyai batasan tertentu, jadi bukan berarti mereka yang
menyukai anime/manga/game, suka cosplay, suka budaya Jepang, dan sebagainya itu
dapat dengan mudahnya disebut weaboo/wapanese.
Batasan seseorang disebut weaboo/wapanese antara lain:
(1) Kurang menghargai budaya dan negara
sendiri. Misalnya menganggap budaya Indonesia itu sampah, tidak ada yang bagus
serta berharap terlahir dan tinggal di Jepang. Atau sama sekali tidak menyukai
lagu Indonesia karena generalisasi terhadap budaya Indonesia secara
asal-asalan.
(2) Kurang menghargai nama, identitas
asli, dan penampilan sendiri. Misalnya membenci nama sendiri dan berharap orang
tuanya memberinya nama-nama Jepang.
(3) ‘Memalsukan’ profile di facebook
atau social networking lainnya, dibuat se-Jepang mungkin dan seakan-akan dia
adalah orang Jepang, padahal kenyataannya tidak seperti itu. Padahal orang
Jepang sendiri jarang yang menggunakan facebook dan ber-social networking.
(4) Mengabaikan kewajibannya sebagai
pelajar atau mahasiswa untuk proyek yang berkaitan dengan obsesinya. Misalnya
rela bolos sekolah untuk membuat kostum untuk cosplay atau rela mengabaikan
kuliahnya untuk sibuk dengan band j-pop atau j-rocknya.
(5) ‘Ngambek’ kalau tidak mempunyai
barang-barang yang berkaitan dengan Jepang; termasuk mereka yang tidak mau
makan kalau makanannnya bukan masakan Jepang. Misalnya sampai mengurung diri di
kamar karena tidak punya yukata atau rela tidak makan seharian karena
makanannya bukan masakan Jepang seperti sushi, okonomiyaki, dan sebagainya.
(6) Menganggap bahwa Jepang adalah
negara terbaik sedunia, sehingga berharap terlahir di Jepang dan menjadi orang
Jepang, tinggal di Jepang, serta mempunyai pasangan orang Jepang.
(7) Cowo yang terobsesi ingin menjadi
bishonen (Cowo cantik), bahkan mungkin ada yang sampai menjadi yaoi (baik hanya
becanda maupun beneran)
(8) Memakai kostum cosplay bukan pada
tempatnya, misalnya memakai jaket Persona 4 waktu acara perwalian atau cosplay
di kampus sewaktu ada acara reuni angkatan senior (kalau ingin mengambil gambar
kan ada acara cosplay atau gathering khusus)
(9) Tidak ada keinginan untuk memajukan bangsa sendiri.
Nah itulah penjelasan dan apa itu “Weaboo” yang
sebenarnya, kita boleh sih suka dan cinta terhadap budaya Jepang. Tapi jangan
terlalu berlebihan yaJ Karena
yang berlebihan itu tidak baik
Terima Kasih ya sudah mau mampir dan stay di Blog ini
Jaa Mata Naa~ (Sampai Berjumpa Lagi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar